Popularitas designer yang biasa disapa Seba ini yang handal menciptakan busana yang menjadikan pemakainya tampak mempesona, seakan tak tergilas serangan krisis global. Kaum wanita sepertinya kurang percaya diri mengenakan rancangannya yang identik dengan kesan feminin, anggun, elegan sekaligus mewah, kala merayakan momen penting seperti Natal.
Pamor Seba sebagai perancang ternama tak hanya merebak di tanah air namun juga dikawasan regional, sebut saja Malaysia, Singapura, dan Hongkong. Sejak masih belia pula, ia telah menetapkan hatinya untuk menjadi bagian dari kancah mode ketika dewasa nanti. Seba yang memang dikaruni talenta untuk menuangkan ide ke dalam goresan sketsa akhirnya mengikuti kursus Fashion Design di Sekolah Mode Susan Budihardjo. Selepas dari sana ia melanjutkan pendidikan ke The Fashion Istitute of Design & Merchandising di Los Angles.
Meski lulus dengan hasil yang memuaskan Seba tak berhentimemperdalam ilmunya. Ia langsung mengambil jurusan Fashion Ilustration di Instituto Artistico Dell Abbigliamento Maragoni, Milan, Italia. Fashion dapat mengubah penampilan seseorang secara drastis. Itulah the magical of fashion, ungkap Seba yang mengakui mulai dari titik itulah ia semakin yakin bahwa pilihannya salama ini tidak salah. Seba pun berhasrat mendandani perempuan dengan mengeksplorasi kreativitasnya untuk menuangkan keindahan kaum perempuan ke dalam rancangannya.
Designer yang sewaktu masih menganyam pendidikan pernah berkesmpatan magang sebagai asisten designer di Park's Texedos & Bridals di Los Angels dan Egon Von Fustrenberg di Milan ini, hadir di tengah industri mode tanah air dengan langsung menggebrak melalui fashion show.
Sebastian berkata " Banyak yang tertarik dengan rancangan saya namun mereka ingin yang lebih ringan dan siap pakai. Sebab mereka mengaku belum berani tampil menarik perhatian. Lini ini untuk menjawab impian mereka"...
The magical of fashion ...
-Sebastian Gunawan- Fashion Designer ..
Selasa, 28 Mei 2013
Sejarah Mode
SEJARAH MODE
Sejarah mode memberi kesempatan pada kita untuk mengetahui wujud busana manusia dari masa ke masa.
Banyak
manfaat yang dapat diperoleh apabila memahami pengetahuan ini. Karena
sejarah mode merupakan sumber inspirasi yang tak kunjung kering apabila
kita memerlukan ide baru bagi perkembangan kreatifitas.
Pengetahuan
tata busana dari berbagai periode kebudayaan umat masnusia sangat
diperlukan bagi seseorang yang menekuni bidang piƱata busana di dunia
teter, film atau tv. Disamping itu pengetahuan sejarah mode setidak
tidaknya akan memperluas wawasan dan memungkinkan kita memproyeksikan
diri dalam alur sejarah masa kini dan masa depan.
Memahami
wujud busana masyarakat tertentu berarti memahami pula kebudayaan
masyarakat itu dan mengerti berbagai aspek keberadaannya.
Sebagai
awal kita akan mengenal tata busana di Dunia Kuno, adalah peradaban
yang terjadi disekitar Mediterranea pada masa sebelum Masehi
Pada
dasarnya pakaian tidaklah hanya merupakan alat pelindung terhadap
keadaan cuaca semata mata. Suku bangsa primitive ada kalanya mengenakan
pakaian tebal panas di Katulistiwa dan kadang-kadang hamper telanjang
didaerah kutub.
Ini
sebagian dikarenakan adanya keinginan merias diri yang lebih kuat
dibandingkan penyesuaian dengan keadaan sekitar. Kiranya sedikit sifat
ini tidak hanya ada dimasa purba tetapi hingga masa kini pun sikap itu
masih terpelihara disebagian umat manusia.
Perbedaan berbusana antara suku bangsa di pegunungan, kaum nomadan, penghuni
padang pasir, goa, petani dan orang kota terlihat jelas. Sedangkan pada
golongan berkedudukan tinggi, kaum ningrat dan aristocrat unsure-unsur
simbolis kedudukan mereka sangat ditonjolkan.
Bangsa-bangsa
kuno pada mulanya hanya mengenakan kain cawet, kadang-kadang dilengkapi
dengan selendang. Tutup kepala dan alas kaki, hamper tak dipakai.
Busana zaman kuno yang sangat berpengaruh adalah busana yang berasal
dari suku bangsa yang memiliki kebudayaaan sendiri seperti bangsa Mesir
Kuno dan Bangsa Babylonia. Kedua bangsa ini memiliki bentuk dasar busana
yang sama yaitu bentuk dasar kemeja.
Bangsa
Mesir Kuno menghias bentuk dasar ini dengan mempergunakan kain itu
sendiri, yaitu dengan cara pemberian lipit-lipit ( pleats, plissee ).
Bangsa Babylonia dengan menambah potongan-potongan strook yang
berumbai-rumbai.
Bentuk
kostum dari masing-masing suku bangsa zaman kuno ini saling berbeda
tapi sepintas tak terlihat perbedaannya. Potongan-potongan kain besar
atau lebarnya tergantung yang dihasilkan oleh alat tenun pada masa itu
diterima sebagai bentuk dasar kostum untuk kemudian dilipat, dililit,
dilingkarkan atau disusun pada badan dalam aneka perbandingan panjang
atau lebar kain itu sendiri.
Akan jelas bahwa dengan demikian busana zaman kuno dapat dibagi dalam tiga kelompok, yaitu :
- Rok – rok lipit ( sarung )
- Bentuk dasar kemeja
- tunika
- kaftan
Tunika dan kaftan hingga kini masih dikenakan oleh bangsa-bangsa di Afrika Utara dan Timur Tengah.
- Deraperi.
Sepotong kain disusun pada bahan, acapkali sebagai tambahan. ( ingat : sari pada busana khas India )
Busana deraperi memberi aksen pada gerakan badan hingga merupakan pakaian paling plastis dari Dunia Kuno.
Dalam
dunia kuno bentuk celana hamper tidak digunakan. Sesekali bentuk ini
dijumpai sebagai pakaian rasionil pada suku bangsa- suku bangsa
pegunungan atau pada suku bangsa-suku bangsa penunggang kuda.
MESIR KUNO
Salah
satu pusat peninggalan kebudayaan yang tertua didunia terdapat di
daerah lembah sungai Nil di Mesir semasa 4000 tahun SM. Ditemukan oleh
Pasukan Napoleon dari Perancis yang menyerbu dan menduduki daerah subur
sungai Nil pada tahun 1797. Seorang Ilmuwan Perancis yang bernama
CHAMPOLLION berhasil membaca batu bertulis Rosetta ( nama desa ) yang
kemudian huruf-huruf atau aksara-aksara yang terdapat di Mesir Kuno
kemudian dikenal sebagai HYROGLYPH. Sejak sekitar tahun1800 itulah
segenap sejarah Mesir dari masa 4000 tahun sebelum Masehi terungkap.
Mesir juga disebut sebagai Negeri Hadiah Sungai Nil karena kesuburannya. Dengan singkat, periode-periode pra sejarah Mesir adalah :
- Periode pra sejarah dan sejarah awal hingga 3000 SM
- Periode Kerajaan Kuno 3000–2000 SM
- Periode Kerajaan Pertengahan 2100–1800 SM
- Periode Kerajaan Baru 1580–1085 SM
- Periode Penjajahan Asing 1085 – 395 SM
- Periode Saitis 663 – 525 SM
- Periode Ptolomeus 332 – 30 SM
- Periode Romawi 30 – 395 M
6. Periode Kristen Awal, masa perkembangan kebudayaan Koptik 395 – 640 SM
7. Islam.
Awal
keruntuhan Kerajaan Mesir Kuno adalah pada masa Penjajahan Asing, namun
hingga sekarang, hampir 30 abad kemudian sejarah Kerajaan Mesir Kuno
tetap menjadi misteri yang belum terungkap dengan tuntas. Dan
manusia-manusia di abad modern, belum berhenti untuk mencoba mengungkap.
BUSANA DAN PERLENGKAPAN BUSANA MASYARAKAT MESIR KUNO
Zaman
Mesir Kuno dapat dikatakan zaman emas karena pada masa itu telah
mengenal emas dan tersedia sangat berlimpah. Kaum ningrat bias
meletakkan emas dimana saja sehingga logam mulia itu seakan-akan tidak
bernilai bagi mereka.
Busana
yang dipakai pada masa itu masih dalam bentuk yang sangat sederhana
berupa busana dalam bentuk kemeja tanpa krag dinamakan KALASIRIS.
Dalam
periode kerajaaan kunoKalasirirs berlengan setali ini sangat pendek dan
ketat, sedangkan dalam periode kerajaan baru kalasiris dibuat panjan
dan lebar serta diberi lipit-lipit yang merupakan unsure dekoratif yang
sangat dominant pada tata busana bangsa Mesir kuno.
Pelengkap
Kalasiris : berbagai sarung pendek dan aneka krag. Yang dibuat dari
berbagai macam bahan. Sepeti Linen yang dikanji sangat kaku agar mudah
dibentuk, ini biasa digunakan oleh rakyat biasa. Ada juga dibuat dari
kulit atau logam mulia, ini biasa digunakan oleh kaum ningrat dan
tokoh-tokoh penting lainnya. Pada kragnya juga acapkali ditambahkan
hiasan dari permata yang disusun dalam susunan geometris.
Sedangkan
sarung pendek atau disebut SCHENTI juga memberikan efek dekoratif pada
kalasiris. Yang juga terkadang dibuat dari kulit berlapis emas.
Asesoris
lainnya ada selendang yang disebut STOLA yang disusun sebagai draperi
pada bahu. Dikenakan juga semacam rompi panjang yang dibuat dari susunan
jalinan dan ronce manik-manik.
Untuk Firaun, kalasiris yang berlipit-lipit dibuat dari kain emas agar memberi kesan kedewaan.
Untuk Pendeta dan Firaun memakai tutup kepala dari kain yang dilipat menjadi segitiga.
Tutup kepala ini disebut KLAFT.
Aneka mahkota yang terdapat di Mesir:
Mahkota
Pschent -: Mahkota ganda terdiri dari Mahkota Merah dan Mahkota Putih
warna pada mahkota ini9 menunjukkan daerah kekuasaan pada masa itu.
Untuk warna merah meliputi Mesir Bawah dan warna putih meliputi daerah
Mesir Hulu.
Mahkota
CHEPERESH : Mahkota pada masa kerajaan baru ini berbentuk lebih tinggi
dari Pschent. Selalu dihias dengan Ular Ureus yang menghadap kedepan,
sebagai kepercayan agar terlindungi dari gigitan ular.
Untuk Ratu selalu memakai hiasan burung Elang diatas kepala dengan sayap burung yang putih disisi kepala.
Selain itu ada juga Mahkota Hemhemet, Mahkota Perang, Mahkota Isis.
Raja
Mesir Kuno juga melengkapi penampilannya dengan menggunakan janggut
palsu. Janggut palsu ini dibuat dari serat wol atau jalinan rambut,
diikat dengan pita kebelakang.
Juga
ada gelang-gelang lebar dengan hiasan motif berupa symbol-simbol khas
Mesir kuno seperti Ular Ureus, Papyrus, burung elang, matahari bersayap
dan lain sebagainya.
Pengaruh
Kebudayaan Mesir Kuno ini merupakan sumber ide atau inspirasi yang tak
pernah habis terhadap dunia mode. Masa Mesir Kuno ditahun 20an merupakan
sumbangan besar kepada gaya tahun 20an sampai dengan tahun 40an yang
kemudian dikenal sebagai Gaya ART DECO.
Sejarah Fashion
Sejarah Fashion Dunia
Tahun
1920 adalah abad baru ketika dunia fashion terlahir kembali setelah
sebelumnya baju-baju ala Cinderella yang menguasai dunia fashion. Baju-baju Cinderella dengan rok super megar dengan pinggang ekstra ketat yang menyiksa kaum cewek.
Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan, warna serta gaya yang mementingkan karakter seorang cewek. Dari sinilah dunia fashion mulai berkibar. Memasuki tahun 1930, perkembangan fashion sedikit agak lambat hingga akhirnya memasuki perang dunia ke dua (1940-1946). Dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga punya sisi estetik dan sisi ‘cantik'
Inovasi terbaru muncul dari desainer dunia seperti Coco Chanel yang menyuguhkan potongan, warna serta gaya yang mementingkan karakter seorang cewek. Dari sinilah dunia fashion mulai berkibar. Memasuki tahun 1930, perkembangan fashion sedikit agak lambat hingga akhirnya memasuki perang dunia ke dua (1940-1946). Dari yang tadinya hanya bersifat fungsional, sebuah pakaian juga punya sisi estetik dan sisi ‘cantik'
Dunia di luar fashion juga punya pengaruh hebat. Terutama dunia film di awal tahun 50an hingga 60an. Beberapa movie star menjadi panutan di dunia fashion bahkan menjadi icon, seperti Marlene Dietriech dengan baju androginy-nya.
Di era ini juga desainer dunia banyak melakukan inovasi. Dari London
ada Mary Quant dengan rok mininya dan Barbara Hulanicki dengan gaya street wear remaja London. Dari Amerika ada James Galanos dengan baju fitted dan Dody Gernreich dengan baju-baju unisex. Di Paris dikenal Yves Saint Laurent dengan gaya tailoring buat cewek. Pierre Cardin dengan baju space-nya dan Emmanuel Ungaro dengan fashion couture-nya.
Berkembangnya zaman emang bikin dunia fashion juga terus berkembang.
Dan tidak menutup kemungkinan bahwa fashion dulu bisa kita rasakan
kembali pada trend fashion tahun ini.Sejarah Fashion
Di bawah ini adalah daftar sejarah fashion dari yang paling tua sampai sekarang:
Medi Eval (Sekitar Tahun 1000):
Sekitar tahun 1000-an, pakaian yang sedang nge-tren pada masa itu adalah pakaian dengan bahan kulit atau katun yang tebal.
Elisabethan (Eropa Abad 16):
Pada masa ini gaya pakaian yang sedang terkenal adalah model pakaian dengan gaya Classical Eropa Abad 16 terlihat memiliki baju yang besar dan “Tidak Minimalis”, dan tentu saja pada jaman ini semua model pakaian sangat sopan.
1910an (Start Modern):
Model pakaian seperti ini adalah permulaan model pakaian modern yang ada sampai sekarang, sampai sekarang pun masih ada yang menggunakannya. Trendy simple yet Beautifull Dress, baju busana yang simple, dengan topi bundar untuk perempuan. Kemeja sangat populer sebagai tampilan resmi. Kemeja dan setelan jas tentunya. Pria dengan model topi baret dan model jas juga sudah ada.
1940 – 1950
1940-1950 merupakan Jaman Perang Dunia dan Perang Dingin.
Masa-masa classical bagi tahun 2009, saat dimana Fashion dan photo mulai marak. Baju Busana yang berkerah bundar lebar atau dengan baju luar sudah mulai populer. Model Pria masih sama dengan 1920an, sopan dan dengan topi dan jas.
1970 – 1980
Masa ini adalah tahun-tahun fashion paling terkenal. Madonna pada tahun 80an, Elvis Presley di tahun 70an. Sudah ada model “Busana Gothic”. Jeans sudah mulai populer.
1990 – sekarang
Model pakaian di setiap negara sudah berbeda-beda. Untuk wanita, sudah bertolak belakang dengan masa Elisabethan, dimana kebanyakan pakaian menggunakan tema Sexy atau Glamour, sudah mulai memperlihatkan bagian-bagian tubuh, seakan-akan pakaian bagian dalam dan bagian luar sudah tidak ada bedanya.
Macam-macam Kampuh
Kampuh Dasar (Menggabungkan)
1. Kampuh Terbuka
kampuh yang tiras sambungannya terbuka/dibuka, teknik penyelesaian tiras ini ada beberapa cara :
a. Kampuh terbuka dengan cara setikan mesinpenyelesaian dengan cara melipat kecil pinggiran tiras dan disetik dengan mesin sepanjang pinggiran tersebut.
b. Kampuh terbuka dengan penyelesaian tusuk balut, yaitu dengan penyelesaian tiras disepanjang pinggiran tiras diselesaiakan dengan tusuk balut.
c. Kampuh terbuka yang diselesaikan dengan obras,yaitu penyelesaian disepanjang pinggiran tiras diselesaikan dengan diobras. Cara ini padasaat sekarang banyak dipakai terutama untuk busana wanita dan busana pria (celana pria).
d. kampuh terbuka diselesaikan dengan rombak(dijahit dengan kain serong tipis, dilipat dan disetik) ini hanya dipakai untuk busana yang dibuat dari bahan/kain tebal. Kegunaanya untuk menyambungkan (menjahit) bagian-bagian bahu, sisi badan, sisi rok, sisi lengan, sisi jas, sisi mantel, sisi celana, dan belakang celana.
2. Kampuh Balik
Kampuh yang dikerjakan dengan teknik membalikkan dengan dua kali jahit dan dibalikkan dengan cara, pertama dengan menjahit bagian buruk menghadap bagian buruk (bagian baik) yang betiras dengan lebar tiras dengan ukuran 3mm, jika memungkinkan dibuat lebih halus/kecil, kemudian dibalikkan dan dijahit dari bagian buruk menghadap bagian baik dengan pinggir tirsnya masuk ke dalam, hasil kampuh ini paling besar 0,5 cm. kegunaan kampuh balik untuk:
a. Menjahit kebaya yang dibuat dari bahan tipis.
b. Menjahit kemeja.
c. Pakaian tidur dan sebagainya
3. Kampuh Pipih
Kampuh yang mempunyai bekas jahitan pada satu sisi sebanyak dua setikan, dan sisi yang sebelahnya satu setika, kampuh ini bias dipakai untuk dua sisi (untuk bagian luar atau bagian dalam yang mana keduanya sama-sama bersih). Teknik menjahit kampuh pipih, lipatkan kain yang pinggirannya bertiras selebar 1,5 cm menjadi o.5 cm, tutup tirasnya dengan lipatan yang satu lagi. Kampuh ini dipakai untuk menjahit kain sarung, kemeja, celana, jaket, pakaian bayi dan sebagainya.
4. Kampuh Perancis
Kampuh yang hanya terdiri dari satu jahitan yang didapatkan dengan cara menyatukan dua lembar kain. Kain bagian baik berhadapan sesame baik, tetapi tidak sama lebar/pinggirnya, lipatkan pinggir kain yang satu (kain yang lebih lebar) dengan kain yang laian, lalu jhit tiras dengan lebar 0,6 mm. kampuh perancis ini cocok dipakai untuk menjahit bahan yang tipis.
5. Kampuh Sarung
Kampuh yang tampak di kedua sisinya . cara melakukan setikan kampuh sarung adalah sebagai berikut : pinggiran (a) dan (b) sama-sama besar, kampuh semula 1cm lalu keduanya dikumpul berpadu, tiras dilipat dengan posisi saling berhadapan dan dapat dibantu dengan jelujuran. Tirasnya sama-sama dilipat menjadi 0,5cm lalu dijahit pinggirannya dari bagian buruk. Kegunaan dari kampuh sarung ini adalah untuk menjahit kain sarung pelekat (kain sarung bercorak/kotak-kotak) ketika menjahit corak/kotaknya harus sama juga untuk menjahit kemeja, jas dan jaket.
Busana Casual
Busana casual atau santai adalah busana yang dipakai pada waktu
santai atau rekreasi. Busana santai banyak jenisnya, hal ini
disesuaikan dengan tempat dimana kita melakukan kegiatan santai atau
rekreasi tersebut. Busana casual ini lebih menekankankenyamanan dan
ekspresi pribadi atas presentasi dan keseragaman berpakaian seseorang
yang termasuk di dalamnya yakni jeans, kaos dll.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih busana santai diantaranya yaitu :
a). Pilihlah desain yang praktis dan
sesuaikan dengan tempat bersantai. Jika santai di rumah pilihlah model
yang agak longgar, bila santai kepantai pilih model leher yang agak
terbuka agar tidak panas, jika santai kegunung pilihlah model yang agak
tertutup agar udara dingin dapat diatasi.
b) Pilihlah bahan yang kuat dan mengisap keringat.
c). PerkembanganMode
Seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, mode busana
juga berkembang dengan pesat, walaupun kadang kala mode tersebut tidak
sesuai dengan tata cara berbusana yang baik, namun mode tetap bergulir
dari waktu ke waktu.
PERKEMBANGAN
Istilah casual atau santai muncul pertama kali pada tahun 80-an,
dimana Casual itu sendiri menunjukkan kesuksesan dan kekayaan pribadi
yang lahir bersamaan dengan diangkatnya Margaret Thatcher menjadi
perdana menteri Inggris, sehingga banyak yang menyebut gaya ini
Thatcherism.
Gaya casual adalah penyempurnaan gaya sportif yang menjadikannya
lebih rapi dan trendi. Karakteristik casual memakai baju-baju dengan
label kelas atas, contohnya Lacoste, Lois and Burberry, Adidas. Vest dan
jaket track suit juga sangat digemari dan jadi khas gaya mereka.
Sebagai contoh kostum utilitarian merupakan konsep pertama kali yang muncul dari perpaduan pakaian kasual, . Punk kostum adalah contoh yang mencolok. Madonna memperkenalkan contoh kostum punk dengan banyak renda , perhiasan , dan kosmetikke dalam pakaian kasual selama tahun 1980.
Pada era sekarang, zaman millenium, busana casual berkembang sangat
pesat tidak hanya terbatas pada busana kelas atas tetapi juga
busana-busana yang sudah umum di masyarakat dimana fashion sudah membaur
dan menyatu. Artinya tidak ada lagi batasan untuk bilang bahwa suatu
rancangan baju sudah sesuai dengan fashion atau tidak.
Di indonesia, baju koko dan batik merupakan contoh baju casual yang
klasik dan trendi, meskipun pada awalnya hanya di pakai pada saat acara
keagamaan maupun acara-acara khusus.
Pada akhirnya Busana casual sudah mampu di terima masyarakat dalam situasi apapun baik dalam semi kasual maupun semi formal.
Pengertian Busana
cocok dengan pemakai serta sesuai dengan kesempatan. Sedangkan pakaian adalah bagian dari busana itu sendiri.
Busana dalam pengertian luas
adalah segala sesuatu yang dipakai mulai dari kepala sampai ujung kaki
yang memberi kenyamanan dan menampilkan keindahan bagi sipemakai. Secara
garis besar busana meliputi :
1. Busana mutlak yaitu busana yang
tergolong busana pokok seperti baju, rok, kebaya, blus, bebe dan
lain-lain, termasuk pakaian dalam seperti singlet, bra, celana dalam dan
lain sebagainya.
2. Milineris yaitu pelengkap busana yang
sifatnya melengkapi busana mutlak, serta mempunyai nilai guna disamping
juga untuk keindahan seperti sepatu, tas, topi, kaus kaki, kaca mata,
selendang, scraf, shawl, jam tangan dan lain-lain.
3. Aksesoris yaitu pelengkap busana yang sifatnya hanya untuk menambah keindahansipemakai seperti cincin, kalung, leontin, bross dan lain sebagainya.
Dari uraian di atas jelaslah bahwa busana tidak hanya terbatas pada pakaian seperti
rok, blus atau celana saja, tetapi merupakan kesatuan dari keseluruhan
yang kita pakai mulai dari kepala sampai ke ujung kaki, baik yang
sifatnya pokok maupun sebagai pelengkap yang bernilai guna atau untuk
perhiasan. Pemahaman hal di atas sangat penting sekali bagi seseorang
yang akan berkecimpung di bidang tata busana.
Pemakaian istilah busana dalam Bahasa Inggris sangat beragam, tergantung pada konteks yang dikemukakan, seperti :
a. Fashion lebih
difokuskan pada mode yang umumnya ditampilkan seperti istilah-istilah
mode yang sedang digemari masyarakat yaitu in fashion, mode yang
dipamerkan atau diperagakan disebut fashion show, sedangkan pencipta
mode dikatakan fashion designer, dan buku mode disebut fashion book.
b. Costume. Istilah ini berkaitan dengan jenis busana seperti busana nasional yaitu national costume, busana muslim disebut moslem costume, busana daerah disebut traditional costume.
c. Clothing, dapat diartikan
sandang yaitu busana yang berkaitan dengan kondisi atau situasi seperti
busana untuk musim dingin disebut winter clothing, busana musim panas
yaitu summer clothing dan busana untuk musim semi disebut spring cloth.
d. Dress, dapat diartikan gaun,
rok, blus yaitu busana yang menunjukkan kesempatan tertentu, misalnya
busana untuk kesempatan resmi disebut dress suit, busana seragam
dikatakan dress uniform dan busana untuk pesta disebut dress party.
Dress juga menunjukkan model pakaian tertentu seperti long dress, sack
dress dan Malaysian dress.
e. Wear, istilah ini dipakai untuk menunjukkan jenis busana itu
sendiri, contoh busana anak disebut children’s wear, busana pria
disebut men’s wear dan busana wanita disebut women’s wear.
Jenis Jenis Dress Code
Saya yakin, anda adalah pria yang menarik bagi banyak wanita. Tapi gak semua orang akan tertarik kepada anda, jika anda tidak bisa memanfaatkan situasi yang ada, semisal pakaian.
Sebelum mencoba fashion, alangkah baiknya, anda-anda – calon ayah, yang akan mencari wanita memahami apa arti dress code. Karena, tanpa disadari, pemahaman ini sangat diperlukan jika anda sedang berada di suatu tempat untuk acara yang berbeda.
Ada tiga tipe dress code yang udah familiar ditelinga banyak orang saat ini. Mulai dari yang namanay kasual, semi-formal dan formal.
Jenis pertama, kasual adalah pakaian santai untuk situasi tidak resmi. Pakaian kasual biasa terdiri atas kaos T-shirt berkerah atau yang tidak berkerah, celana jins atau celana gunung, sepatu kets, dan sebagainya.
Terkadang kegiatan-kegiatan untuk mengisih liburan, seperti family gathering atau outbout training mensyaratkan pakaian kasual seperti ini.
Jenis kedua, semiformal yaitu pakaian yang sebenarnya resmi, tetapi terkesan santai dan lebih dinamis. Pakaian ini untuk pria bisa terdiri atas celana panjang katun, kemeja ( biasanya lengan pendek ) dengan motif garis atau polos ( warna lebih dinamis ),
Untuk wanita bisa terdiri atas blus,blazer,skirt (rok ), atau gaun kasual. Terkadang,jenis pakaian batik yang kini modenya sudah mengikuti tren yang ada dapat di golongkan pada pakaian semiformal.
Jenis ketiga, formal,yaitu pakaian resmi yang kini kita dapat lihat hanya dalam forum-forum atau pertemuan-pertemuan resmi dengan pejabat tinggi dalam suatu perusahaan. Seorang wanita dapat memadukan jas dengan skirt atau celana panjang dan blus yang sesuai serta sepatu yang bertumit tinggi. Untuk acara-acara kenegaraan, biasanya wanita Indonesia menggunakan kebaya atau baju muslim lengkap dengan jilbab.
Lelaki dapat memakai jas atau blazer yang sesuai berwarna gelap ( hitam atau biru ), kemeja lengan panjang dengan warna polos atau lembut, dasi,ikat pinggang sewarna dengan sepatu, kaus kaki, dan sepatu resmi dari bahan kulit. Apabila acara formal lebih bernuansa tradisional, dapat di pilih batik berlengan panjang dengan berbagai pilihan motif.
Dalam forum-forum resmi, sebaiknya Anda tidak memilih warna maupun corak pakaian yang mencolok, apalagi pada pagi atau siang hari. Kita mengenal warna-warna korporat untuk acara resmi, seperti hitam dan putih, biru tua,coklat tua atau coklat muda, krim dan abu-abu. Hindari warna terang, seperti merah menyala, ungu, hijau, atau kuning terang. Kekecualian-nya jika Anda memang harus menghadiri pertemuan dengan parpol-parpol yang umumnya mengusung warna tertentu, seperti kuning untuk Golkar, oranye untuk Hanura, merah untuk PDIP, atau biru untuk PAN.
Cara Menjadi Model Profesional
Brain
Yang dimaksudkan Brain disini, selain cerdas dalam berfikir, juga harus memiliki beberapa point dibawah ini;
· Memiliki dan dapat menentukan tujuan
Cita-cita. Ya, Anda harus menanamkan dalam hati Anda, apa cita-cita Anda. Boleh jadi profesi model, bukanlah profesi formil yang diminati banyak orang sebagai tujuan masa depannya, namun jika Anda ingin menjadi model professional, maka setidaknya Anda niatkan dalam hati Anda bahwa saya ingin menjadi model dan, saya bercita-cita menjadi salah satu model professional terbaik. Dengan begitu, Anda pun akan bersungguh-sungguh menjalani profesi ini.
· Mau belajar
Banyak hal yang dapat dan memang harus dipelajari dalam dunia model. Jadi, jangan berhenti untuk belajar, jangan sampai Anda berfikiran setelah menjadi model, maka sudah cukup mengerti segala sesuatu di bidang modeling. Menjadi model, ternyata tidak hanya belajar bagaimana menjadi model professional, tetapi juga harus memahami apa dan siapa saja yang berperan dalam karier kita. Kita setidaknya tau profesi agent model, fotografer, perancang busana, editor majalah, dsb. Jika Anda ingin memperdalam bidang tertentu, maka kita harus mempelajari dan mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan bidang yang kita geluti.
· Terbuka dengan hal baru (kemajuan)
Modeling adalah satu bidang yang luwes dan banyak melibatkan interaksi luar yang luas. Untuk itu, jika kita ingin menjadi seorang model professional, jangan ragu untuk mengenal banyak hal baru, misalnya saja teknologi, buka link pertemanan yang luas, guna menunjang karier kita.
Beauty
Seperti yang kita ketahui, untuk menjadi model, memang membutuhkan kondisi fisik yang secara umum memiliki kelebihan, paling tidak entah rambut yang indah, ukuran tubuh yang ideal, berat badan ideal, kulit yang lembut, bersih, wajah bebas jerawat, atau dan kelebihan ciri fisik lainnya. Untuk itu, perlu memperhatikan kondisi fisik Anda, dengan rajin menjalani hal-hal, minimal seperti dibawah ini;
· Menjaga asupan makanan dan gizi bagi tubuh
· Rajin berolahraga minimal 3x seminggu
· Merawat kesehatan kulit, wajah dan rambut
· Memelihara tampilan dengan mengikuti tren mode yang sedang berkembang
· Tidak ada salahnya member asupan tambahan bagi tubuh dengan makanan, obat atau suplemen herbal
Behavior
Selain kecantikan fisik, Anda juga perlu memperhatikan kecantikan dalam Anda (kepribadian) yang baik. Atau biasa dikenal dengan menjaga Behavior. Sebagai model professional, standarnya harus memenuhi kriteria Behavior sebagai berikut;
· Disiplin
Pekerjaan sebagai model, bukanlah pekerjaan yang memiliki waktu kerja yang pasti seperti bekerja di kantor. Kapan jasa kita dibutuhkan, saat itu kita menjalani kontrak kerja. Untuk itu, perlu kedisiplinan tinggi yang harus diterapkan. Pandai-pandai mengorganisasi atau mengatur waktu adalah syarat mutlak. Pastikan Anda memiliki jadwal yang rinci dan disiplin menjalani jadwal kerja Anda. Ingat, kita bekerja bukan hanya pada satu atasan yang mengikat, untuk itu kedisiplinan diri wajib dimilki.
· Percaya Diri
Tidak akan ada show peragaan busana dengan model yang menundukkan kepala selama pertunjukan. Atau seorang model foto yang tatapan matanya tidak fokus karena menyembunyikan perasaan minder. Model adalah pekerja yang sudah pasti membutuhkan kepercayaan diri yang tinggi. Berlenggak lenggok membawakan busana di panggung, berpose didepan kamera dengan sorotan lampu yang sangat terang. Percaya diri dapat dibangun dari perasaan yang tenang dan sikap rendah hati, tatapan mata yang tajam dan meyakinkan berbeda dengan tatapan mata angkuh. Yang perlu diingat, percaya diri berbeda aplikasi dengan sikap tinggi hati.
· Faham situasi
Selain itu, model memiliki tempat kerja yang sangat luas, kita pun harus menyesuaikan sikap kita dengan tempat dimana kita berada. Pastikan, jurusan mana yang kita ambil, apakah model catwalk, model foto, model iklan, video klip, dll. Pelajari plus minus dari bidang yang kita ambil. Sebagai model, yang bergerak di bidang infotainment atau dunia hiburan, haruslah mengingat satu hal. Bahwa ‘bos’ kita adalah masyarakat, untuk itu kita harus faham situasi, harus bisa menjaga sikap agar nama dan citra kita tetap baik di mata masyarakat.
Untuk memulai karier di dunia modeling, Anda dapat mencoba untuk menggali informasi dan berlatih melalui beberapa jalur seperti dibawah ini;
· Sekolah modeling
· Sekolah Kepribadian
· Mengikuti ajang pencarian bakat
· Aktif di sanggar-sanggar seni
· Mencari link di bidang broadcast dan advertising (TV, Radio, Majalah, Internet media, dll)
· Aktif di berbagai portal informasi dan jejaring sosial via internet
Kain Nusantara ( Lurik )
Lurik merupakan nama kain, kata lurik
sendiri berasal dari bahasa Jawa, lorek yang berarti garisgaris, yang
merupakan lambang kesederhanaan. Sederhana dalam penampilan maupun dalam
pembuatan namun sarat dengan makna (Djoemena, Nian S., 2000).
Selain berfungsi untuk menutup dan
melindungi tubuh, lurik juga memiliki fungsi sebagai status simbol dan
fungsi ritual keagamaan. Motif lurik yang dipakai oleh golongan
bangsawan berbeda dengan yang digunakan oleh rakyat biasa, begitu pula
lurik yang dipakai dalam upacara adat disesuaikan dengan waktu serta
tujuannya.
Nama motifnya diperoleh dari nama
flora, fauna, atau dari sesuatu benda yang dianggap sakral. Motif
lurik tradisional memiliki makna yang mengandung petuah, cita-cita,
serta harapan kepada pemakainya. Namun demikian saat ini pengguna
lurik semakin sedikit dibandingkan beberapa puluh tahun yang lalu.
Perajinnya pun dari waktu ke waktu mulai menghilang.
Lurik menurut Ensiklopedi Nasional
Indonesia (1997) adalah suatu kain hasil tenunan benang yang berasal
dari daerah Jawa Tengah dengan motif dasar garis-garis atau
kotak-kotak dengan warna-warna suram yang pada umumnya diselingi aneka
warna benang. Kata lurik berasal dari akar kata rik yang artinya
garis atau parit yang dimaknai sebagai pagar atau pelindung bagi
pemakainya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
(1990), lurik adalah kain tenun yang memiliki corak jalurjalur,
sedangkan dalam Kamus Lengkap Bahasa Jawa(Mangunsuwito:20 02)
pengertian lurik adalah corak lirik-lirik atau lorek-lorek, yang
berarti garis-garis dalam bahasa Indonesia.
Dan berbagai definisi yang telah
disebutkan di atas, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa lurik
merupakan kain yang diperoleh melalui proses penenunan dari seutas
benang (lawe) yang diolah sedemikian rupa menjadi selembar kain katun.
Proses yang dimaksud yaitu diawali dari pembuatan benang tukel, tahap
pencelupan yaitu pencucian dan pewarnaan, pengelosan dan pemaletan,
penghanian, pencucuk-an, penyetelan, dan penenunan. Motif atau corak
yang dihasilkan berupa garis-garis vertikal maupun horisontal yang
dijalin sedemikian rupa sesuai warna yang dikehendaki dengan berbagai
variasinya.
Tidak banyak ditemui tulisan mengenai
kain tenun lurik. Hanya ada beberapa saja, antara lain yang ditulis
oleh Nian S.Djoemena dalam bukunya yang berjudul Lurik, Garis-garis
Bertuah. Dalam buku tersebut dijelaskan mengenai proses pembuatan kain
lurik beserta alat yang digunakan. Selain itu, diuraikan pula
mengenai macam macam motif lurik, makna, waktu pemakaian, dan
fungsinya secara garis besar terutama dalam acara ritual keagamaan dan
dalam upacara perkawinan. Lurik yang diuraikan dalam buku tersebut
tidak hanya terbatas pada motif lurik Yogyakarta, ada pula motif Jawa
Tengah dan Tuban, ada pula motif irip lurk yang terdapat di luar Jawa
maupun Juan Indonesia.
Namun, buku ini belum menjelaskan lebih
lanjut mengenai perkembangan lurik saat ini dan usaha pelestariannya.
Kain lurik merupakan kain tenun dengan motif garisgaris pada sehelai
kain. Kata Lurik berasal dari bahasa Jawa yaitu lorek yang berarti lajur
atau garis (Djoemena, Nian.S: 2000).
Namun pakaian atau kain dengan motif
lorek tidak dapat secara langsung disebut lurik, karena lurik harus
memenuhi persyaratan yang berkaitan dengan bahan tertentu dan diolah
melalui proses tertentu pula, mulai dari pewarnaan, pencelupan,
pengkelosarf, pemaletan, peghanian, pencucukan, penyetelan, sampai pada
penenunan, hingga nantinya menjadi kain yang slap dipakai.
Motif kain lurik ternyata tidak hanya
berupa garis-garis membujur saja, tetapi dalam perkembangannya
kemudian, motif kotak-kotak sebagai hasil kombinasi antara garis
melintang dengan garis membujur dapat dikategorikan sebagai lurik.
Tidak hanya berupa garis, motif kain
lurik ada juga yang berupa kotak-kotak yang merupakan perpaduan dua
garis vertikal dan horisontal yang pada kain tenun yang bercorak garis
atau kotak saja, akan tetapi termasuk pula kain polos dengan berbagai
warna, seperti merah dan hijau atau dikenal dengan nama lurik polosan.
Seperti apa yang diungkapkan Dibyo bahwa “Sifat lurik yaitu: bahannya
dari katun, gambar garis, tetapi kadang bikin kotak-kotak, ataupun
polos. Meskipun polos, namanya tetap lurik.”
Nilai Kehidupan
Salah satu keunggulan manusia adalah bahwa ia memiliki daya kreatif untuk membuat, membentuk apa yang ada di sekelilingnya, kemudian diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Daya kreativitas tersebut merupakan bagian yang penting dalam proses berkarya seni. Seni merupakan kegiatan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan (Haviland:1993). Dengan daya kreatif yang dimilikinya, manusia berusaha menciptakan pakaian yang dibuat dari kapas atau bahan lain, kemudian ditenun menjadi kain. Kain dijahit menjadi pakaian.
Salah satu keunggulan manusia adalah bahwa ia memiliki daya kreatif untuk membuat, membentuk apa yang ada di sekelilingnya, kemudian diolah menjadi sesuatu yang bermanfaat. Daya kreativitas tersebut merupakan bagian yang penting dalam proses berkarya seni. Seni merupakan kegiatan kreatif imajinasi manusia untuk menerangkan, memahami, dan menikmati kehidupan (Haviland:1993). Dengan daya kreatif yang dimilikinya, manusia berusaha menciptakan pakaian yang dibuat dari kapas atau bahan lain, kemudian ditenun menjadi kain. Kain dijahit menjadi pakaian.
Seni memiliki tujuan praktis. Tujuan
praktis ini merupakan guna atau manfaat yang diperoleh secara langsung
bagi penggunanya. Tujuan praktis dari pakaian yaitu untuk melindungi
tubuh dari hawa dingin, gigitan serangga, terik matahari dan berbagai
gangguan lainnya. Selain itu seni memiliki fungsi sebagai norma
perilaku yang teratur, meneruskan adat kebiasaan dan nilai-nilai
budaya (Haviland:1993). Dalam adat berpakaian, seperti dalam
penggunaan kain lurik, terdapat nilai budaya yang akan disampaikan dan
untuk diteruskan kepada generasi selanjutnya.
Pada suatu masyarakat tradisional,
selain memiliki fungsi guna atau manfaat, pakaian seringkali memiliki
fungsi lain seperti fungsi status simbol, maupun ritual keagamaan, pada
motif- motif tertentu terdapat kandungan nilai, harapan, dan
sebagainya. Orang yang memiliki kedudukan sosial tinggi berbeda
pakaiannya dengan orang yang status sosialnya lebih rendah, pakaian
yang dikenakan seorang bangsawan berbeda dengan rakyat biasa, entah
itu berbeda model maupun motifnya. Begitu pula pakaian yang dipakai
untuk upacara tertentu berbeda dengan yang dipakai pada hari biasa.
Sesuai dengan keanekaragaman umat
manusia, pakaian yang digunakan juga bermacammacam dan bervariasi.
Pada masyarakat yang masih menjunjung tinggi nilai-nilai tradisinya
seperti yang terdapat pada kelompok-kelompok suku bangsa di Indonesia,
pakaian yang digunakan menunjukkan identitas dari suatu suku bangsa.
Dalam hal ini pakaian bukanlah semata-mata sebagai suatu benda materi
yang hanya dipakai tanpa memiliki arti apapun.
Kain lurik misalnya, merupakan suatu
simbol karena ia memiliki makna. Simbol merupakan tanda yang dapat
ditafsirkan (Geertz:1992,17) atau diekplanasikan. Makna-makna tersebut
merupakan sesuatu yang tidak tampak tetapi dapat dilihat melalui
penafsiranpenafsiran, pemahaman-pemahaman yang kemudian ditata
sedemikian rupa.
Simbol merupakan segala sesuatu (benda,
peristiwa, tindakan, ucapan, dan sebagainya) yang telah ditempeli
arti tertentu. Simbol bukan milik individu, namun milik suatu kelompok
masyarakat. Kelompok masyarakat tersebut terdiri dari sekumpulan
orang yang memiliki sistem pengetahuan, gagasan, ide, adat kebiasaan
serta norma perilaku yang sama, yang diungkapkan dalam tata cara
kehidupan manusia yang terwujud dalam benda-benda budaya.
Kain tenun lurik merupakan salah satu
benda budaya karena dimiliki oleh suatu masyarakat tertentu. Benda ini
merupakan wujud fisik dari ide, nilai, maupun norma yang mengatur dan
memberi arah bagi masyarakat pada suatu kebudayaan tertentu.
Sebagaimana yang dijelaskan oleh Koentjaraningrat (2000) bahwa
terdapat tiga wujud kebudayaan, yaitu norma sebagai tata kelakuan yang
mengatur dan memberi arah, aktivitas yang berpola, dan benda hasil
karya manusia sebagai wujud fisiknya.
Manusia tidak dapat terlepas dari
simbol, karena manusia adalah binatang yang terjerat dalam
jaringan-jaringan makna yang ditenunnya sendiri (Geertz:1992). Di
setiap waktu dan disegala tempat, manusia selalu berhubungan dengan
simbol atau lambang karena is berpikir, berperasaan, dan bersikap
dengan ungkapanungkapan simbolis (Herusatoto: 1987). Simbol atau
lambang ini merupakan hal yang penting bagi masyarakat pendukungnya.
Menurut Ernst Cassirer (1944) bahwa manusia tidak dapat melihat„
menemukan, dan mengenai dunia secara langsung tetapi melalui berbagai
simbol.
Simbol yang terwujud dalam benda-benda
budaya, dalam hal ini adalah kain tenun lurik merupakan sesuatu yang
penting bagi masyarakat pendukungnya. Melalui kain lurik ini terdapat
pesan, nasihat dan panduan hidup yang disampaikan dan diharapkan
nantinya dapat terus diteruskan ke generasi selanjutnya. Terdapat
beberapa hal mengenai simbol seperti ditulis oleh C.A Van Peursen
(1976), bahwa simbol atau lambang memperlihatkan kaidah dalam
perbuatan manusia. Kaidah itu berhubungan dengan seluruh pola
kehidupan, perbuatan, dan harapan manusia. Simbol muncul ketika manusia
sedang belajar dan untuk menampung hasil belajarnya manusia
menggunakan media bahasa, baik bahasa lisan, tulisan, gerak, maupun
visual.
Pengetahuan yang diperoleh manusia dari
hasil belajar semakin lama semakin bertambah. Untuk mempermudah
penyerapan pengtahuan yang semakin banyak tersebut, bahasa kemudain
dialihkan menjadi lambang, simbol abstrak. Pengertian bahasa disini
menjadi meluas meliputi berbagai bentuk lambang berupa tarian, gambar,
kata, maupun isyarat. Lambang yang diungkapkan melalui media bahasa
ini digunakan dalam rangka meneruskan, mewariskan ajaran kepada
generasi setelahnya. Dari simbol yang terdapat pada kain lurik ini
dapat ditemukan harapan, ungkapan, pelajaran positif yang dapat diambil
dan dijadikan pelajaran bagi generasi selanjutnya dalam menentukan
langkah menuju kehidupan yang lebih baik. Meskipun saat ini tidak
banyak lagi yang mengetahui apa makna dibalik motif lurik, namun ada
sebagian orang yang berusaha bertahan untuk membuat dan mengenakannya
baik dalam acara-acara tertentu, maupun dalam kehidupan sehari-hari.
Sejarah Lurik
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) disebutkan bahwa lurik diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang, tidak hanya menjadi milik rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Pada mulanya, lurik dibuat dalam bentuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben (penutup dada bagi wanita) dan sebagai alat untuk menggendong sesuatu dengan cara mengikatkannya pada tubuh, sehingga kemudian lahirlah sebutan lurik gendong.
Dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia (1997) disebutkan bahwa lurik diperkirakan berasal dari daerah pedesaan di Jawa, tetapi kemudian berkembang, tidak hanya menjadi milik rakyat, tetapi juga dipakai di lingkungan keraton. Pada mulanya, lurik dibuat dalam bentuk sehelai selendang yang berfungsi sebagai kemben (penutup dada bagi wanita) dan sebagai alat untuk menggendong sesuatu dengan cara mengikatkannya pada tubuh, sehingga kemudian lahirlah sebutan lurik gendong.
Dan beberapa situs peninggalan sejarah,
dapat diketahui bahwa pada masa Kerajaan Majapahit, lurik sudah
dikenal sebagai karya tenun waktu itu. Bahwa lurik sudah menjadi
bagian dari kehidupan masyarakat lampau, dapat dilihat dari cerita
Wayang Beber yang menggambarkan seorang ksatria melamar seorang putri
Raja dengan alat tenun gendong sebagai mas kawinnya. Keberadaan tenun
lurik ini tampak pula dalam salah satu relief Candi Borobudur yang
menggambarkan orang yang sedang menenun dengan alat tenun gendong.
Selain itu adanya temuan lain, yaitu prasasti Raja Erlangga dari Jawa
Timur pada tahun 1033 menyebut kain Tuluh Watu sebagai salah satu nama
kain lurik (Djoemena, Nian.S:2000).
Pada awalnya, motif lurik masih sangat
sederhana, dibuat dalam warna yang terbatas, yaitu hitam, putih atau
kombinasal antarkeduanya. Pada jaman dahulu proses pembuatan tenun
lurik ini dimulai dari menyiapkan bahan yaitu benang (lawe). Benang
ini berasal dari tumbuhan perdu dengan warna dominan hitam dan putih.
Selanjutnya, benang tadi diberi warna
dengan menggunakan pewarna tradisional, yaitu yang bernama Tarum) dan
dari kulit batang mahoni. Hasil rendaman daun pohon Tom menghasilkan
warna nila, biru tua, dan hitam, sedangkan kulit batang mahoni
menghasilkan warna coklat.
Sebelum ditenun, benang dicuci
berkali-kali, kemudian dipukul-pukul hingga lunak (dikemplong),
setelah itu dijemur, lalu dibaluri nasi dengan menggunakan kuas yang
terbuat dari sabut kelapa. Setelah bahan atau benang ini kaku,
kemudian diberi warna. Setelah itu dijemur kembali dan benang siap
untuk ditenun.
Dahulu, alat yang digunakan untuk
menenun dikenal dua macam alat, yaitu alat tenun bendho dan alat tenun
gendong. Adapun alat tenun bendho terbyat dari bambu atau batang
kayu, biasanya digunakan untuk membuat stagen. Stagen yaitu ikat
pinggang dari tenunan benang yang sangat panjang dan digunakan untuk
pengikat kain (jarik) oleh para wanita Jawa.
Alat tenun ini digunakan dengan posisi
berdiri. Disebut sebagai alat tenun bendho karena alat yang digunakan
untuk merapatkan benang pakan berbentuk bendho (golok), sedangkan alat
tenun gendong digunakan untuk membuat bahan pakaian, selendang lebar,
maupun jarik (kain panjang). Disebut demikian karena salah satu
bagiannya diletakkan di belakang pinggang, sehingga tampak seperti
digendong. Dalam proses pembuatan kainnya, penenun dalam posisi duduk
memangku alat tenun tersebut.
Dahulu, kain lurik dipakai hampir oleh
semua orang, sebagai busana sehari-hari. Untuk wanita dibuat kebaya,
atau tapih/nyamping/jarik (kain untuk bawahan). Untuk pria, sebagai
bahan baju pria, di Solo disebut dengan beskap, sedangkan di Yogyakarta
dinamakan dengan surjan. Selain itu, lurik juga dibuat selendang
(jarik gendong) yang biasanya dipakai oleh bakul (pedagang) di pasar
untuk menggendong tenggok (wadah yang terbuat dari anyaman bambu),
terutama di daerah Solo dan Klaten
Jawa Tengah. Selain dibuat untuk bahan pakaian ataupun selendang,
yang lebih penting lagi bahwa kain lurik ini dahulu digunakan dalam
upacara yang berkaitan dengan kepercayaan, misalnya labuhan ataupun
upacara adat lain seperti ruwatan, siraman, mitoni, dan sebagainya.
Beberapa Macam Corak Lurik
Meskipun motif lurik ini hanya berupa garisgaris, namun variasinya sangat banyak. Terdapat banyak ragam motif kain lurik tradisional, seperti yang ditulis oleh Nian S.Djoemena (2000) mengenai nama-nama corak, yaitu antara lain: corak klenting kuning, sodo sakler, lasem, tuluh watu, lompong keli, kinanti, kembang telo, kembang mindi, melati secontong, ketan ireng, ketan salak, dom ndlesep, loro-pat, kembang bayam, jaran dawuk, kijing miring, kunang sekebon, dan sebagainya. Dalam Ensiklopedi Indonesia (1997) disebutkan pula beberapa motif seperti ketan ireng, gadung mlati, tumenggungan, dan bribil.
Meskipun motif lurik ini hanya berupa garisgaris, namun variasinya sangat banyak. Terdapat banyak ragam motif kain lurik tradisional, seperti yang ditulis oleh Nian S.Djoemena (2000) mengenai nama-nama corak, yaitu antara lain: corak klenting kuning, sodo sakler, lasem, tuluh watu, lompong keli, kinanti, kembang telo, kembang mindi, melati secontong, ketan ireng, ketan salak, dom ndlesep, loro-pat, kembang bayam, jaran dawuk, kijing miring, kunang sekebon, dan sebagainya. Dalam Ensiklopedi Indonesia (1997) disebutkan pula beberapa motif seperti ketan ireng, gadung mlati, tumenggungan, dan bribil.
Dalam perkembangannya muncul motif- motif
lurik baru yaitu: yuyu sekandang, sulur ringin, lintang kumelap,
polos abang, polos putih, dan masih banyak lagi. Motif yang paling
mutahir adalah motif hujan gerimis, tenun ikat, dam mimi, dan galer.
Dahulu macam ragam corak lurik sangat
banyak, tetapi sekarang banyak yang sudah terlupakan. Tidak semua
orang termasuk para perajin lurik yang ada sekarang ini tahu dan ingat
motif apa saja yang pernah ada, seperti yang dialami oleh Pak Dibyo.
Saat ini perusahaan tenun lurik seperti
milik Bapak Dibyo Sumarto, yaitu perusahaan tenun lurik Kurnia tidak
membuat motif lurik seperti yang disebutkan di atas, karena peminatnya
tidak ada lagi. Motif-motif lurik yang sekarang dibuat lebih
bervariasi, disesuaikan dengan warna-warna yang sedang disukai atau
sedang trend. Jadi, motif atau corak lurik yang ia buat cenderung
selalu berubah dan makin berkembang. Beberapa motif disesuaikan dengan
yang dikehendaki oleh para pembeli. Begitu pula dengan perusahaan
tenun lurik yang dikelola oleh Ibu Nur. Beliau bahkan tidak banyak
membuat motif tenun jika tidak ada pesanan. Beberapa kain lurik ia
buat saat ini lebih banyak untuk seragam sekolah dan selendang. Begitu
pula dengan perusahaan tenun Kurnia yang lebih banyak mendapatkan
pesanan dari sekolah-sekolah yang membutuhkan seragam. Selain itu
pembelinya kebanyakan dari siswa sekolah yang sedang praktek tata
busana.
Namun demikian, perusahaan tenun ini
masih membuat beberapa kain lurik tradisional yang masih dipakai dari
jaman dulu hingga sekarang, yaitu yang dipakai di lingkungan keraton
seperti yang dikenakan oleh para abdi dalem dan para prajuritnya.
Motif yang dipakai para abdi dalem
kerajaan tersebut dinamakan corak telu-pat atau tiga empat dalam bahasa
Indonesia. Pakaian dengan motif ini dinamakan baju peranakan. Baju
ini dikenakan oleh mereka ketika sowan atau caos (menghadap raja).
Kain kluwung, gedog madu, sulur ringin, atau tuluh watu. Selain itu,
ada pula motif lurik lain yang juga hanya digunakan oleh orang-orang
tertentu pada waktu tertentu pula, yaitu yang dikenakan oleh abdi dalem
dan para punggawa keraton. Ketika menghadiri pisowanan (mengahadap
raja), para abdi dalem memakai baju peranakan dengan motif telu pat,
sedangkan para prajurit keraton masingmasing juga memakai motif lurik
yang telah ditentukan.
Prajurit Jogokaryan memakai motif
Jogokaryo, prajurit Mantrijeron memakai motif mantrijero, begitu pula
dengan prajurit Patangpuluhan memakai motif patangpuluh. Seperti yang
diutarakan oleh Pak Dibyo bahwa “Motif keraton memang memiliki corak
tersendiri. Ada yang me-namakannya lurik tiga empat, untuk para abdi
dalem. Nama motifnya yaitu tiga empat, untuk per-anakan…prajurit
keraton antara lain mantrijero, jogo-karyo, patangpuluh. Motifnya
sendiri-sendiri. Motif untuk abdi dalem untuk caos atau sowan yaitu
motif tiga empat.”
Motif lurik untuk prajurit kraton lainnya
adalah motif ketanggung yaitu yang dikenakan oleh prajurit
Ketanggungan. Mengenai motif yang tidak boleh dipakai oleh setiap
orang dikatakan oleh Ibu Nur, “Ya seperti yang dipakai oleh para abdi
dalem, peranakan, hanya dipakai oleh kalangan keraton. Tidak bisa
dipakai umum.”
Namun saat ini, menurut apa yang
dituturkan oleh Pak Dibyo, bahwa para pembeli bebas memilih motif mana
yang dikehendaki. Pembeli boleh memakai kain lurik dengan berbagai
macam corak, entah itu yang semestinya di pakai untuk sowan atau caos,
ataupun yang digunakan untuk prajurit keraton. Untuk saat ini,
biasanya motif lurik yang tidak boleh dikenakan atau dijual untuk umum
yaitu yang dipakai untuk seragam sekolah, karena motif tersebut sudah
merupakan identitas atau ciri khas sekolah yang bersangkutan.
Lurik Masa Kini
Tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu, saat ini tidak banyak masyarakat yang menaruh minat pada lurik terutama untuk dikenakan sebagai busana sehari-hari. Hal ini tampak pada surutnya jumlah pesanan di beberapa perusahaan tenun lurik yang ada di Yogyakarta. Bahkan di beberapa tempat, perusahaan tenun lurik tradisional banyak yang gulung tikar. Seperti yang terjadi di daerah Krapyak Wetan.
Tidak seperti beberapa puluh tahun yang lalu, saat ini tidak banyak masyarakat yang menaruh minat pada lurik terutama untuk dikenakan sebagai busana sehari-hari. Hal ini tampak pada surutnya jumlah pesanan di beberapa perusahaan tenun lurik yang ada di Yogyakarta. Bahkan di beberapa tempat, perusahaan tenun lurik tradisional banyak yang gulung tikar. Seperti yang terjadi di daerah Krapyak Wetan.
Dahulu, di sekitar wilayah tersebut
banyak rumah atau tempat produksi tenun lurik, namun sekarang yang
tertinggal hanya satu yaitu perusahaan tenun lurik Kurnia yang
dimiliki Bapak Dibyo. Menurut cerita masyarakat setempat, di dusun
Mlangi, Kabupaten Sleman pernah berdiri perusahaan tenun lurik
tradisional, tetapi saat ini sudah tidak ada lagi. Beberapa tempat lain
yang diperkirakan masih terdapat tempat pembuatan tenun lurik, yaitu
di dusun Nggamplong, Godean, Sleman, atau di beberapa tempat di
Kabupaten Kulonprogo.
Dahulu di sana banyak ditemui perusahaan
tenun lurik, namun sekarang jika masih ada jumlahnya sangat sedikit.
Menurut beberapa orang, berbagai macam motif yang dulu pernah dibuat,
sekarang sudah tidak dibuat lagi karena peminatnya pun sudah tidak
ada. Banyak perajin di perusahaan tenun tradisional yang sudah berusia
lanjut, tetapi tidak ada regenerasi perajin untuk meneruskan
keahliannya tersebut. Saat ini orang lebih memilih pekerjaan lain dari
pada menenun.
Dahulu, ketika seorang perajin menenun,
ketika ada waktu senggang ia minta anaknya untuk ikut menenun. Si anak
diberi pelajaran sedikit demi sedikit, sehingga lama kelamaan ia bisa
meneruskan pekerjaan orang tuanya. Tetapi saat ini hal ini sudah
sulit dilakukan. Generasi muda tidak lagi mau menenun, lebih memilih
pekerjaan lainnya.
Kondisi ini mendorong seorang mendorong
beberapa desainer seperti Ninik Darmawan, kelompok Lawe, PPPPTK Seni
dan Budaya untuk mengembangkan produk tekstil dengan bahan dasar lurik
untuk diangkat kembali menjadi produkproduk modern, yang tidak hanya
terbatas untuk pakian saja, tetapi lurik dijadikan sebagai bahan tas,
dompet, map, dan lain sebagainya.
Untuk busana desainer Ninik Darmawan
telah mengembangkan beberapa fashion seperti gaun panjang, kemeja
pria, rok, jaket, dan sebagainya. Beberapa pakaian merupakan gabungan
motif lurik dengan kain batik. Ninik mengembangkan kain tenun lurik
tersebut karena kain yang bercorak garis-garis ini memiliki nilai
kesederhanaan.
Kain yang tebuat dari bahan katun
tersebut sebenarnya juga sangat cocok dengan iklim di Indonesia.
Tetapi memang kesan bahwa lurik merupakan pakaian rakyat cukup kental.
Apa yang hendak disampaikannya melalui setiap desainnya yaitu bahwa
motif lurik ini sebenarnya dapat dikembangkan dan dapat dikenakan di
berbagai tempat dan waktu. Menurutnya dengan sentuhan desain, kain
tersebut dapat diolah, dikembangkan, dijadikan busana masa kini, tanpa
merubah arti atau makna yang terkandung di dalamnya.
Produk-produk tekstil dari bahan lurik
dengan desain baru yang indah, tidak kalah menariknya apabila
dibandingkan dengan busana-busana dari bahan batik atau bahan lainnya.
Ternyata lurik menyimpan kekuatan yang begitu dahsyat, sebagai bagian
dari kehidupan masa kini. Apa yang dilakukan Ninik Darmawan, Lawe, dan
PPPPTK Seni dan Budaya sebagai suatu bentuk transformasi budaya, yang
mengangkat budaya lama Indonesia menjadi suatu budaya baru dengan
tidak meninggalkan kekayaan yang telah diwariskan oleh generasi
sebelumnya.
Tradisi bukanlah suatu barang yang
mati, tetapi ia berkembang dan menjelma menjadi ujud baru mengikuti
perubahan jaman. Tradisi melayani kebutuhan kehidupan manusia,
sehingga tradisi harus sesuai dengan jiwa jamannya, tradisi yang tidak
berubah akan menghambat perkembangan dan akan menjadi nilai atau
produk yang basi. Dengan demikian seni tradisi seperti lurik harus
dapat melayani kehidupan manusia masa kini, sehingga lurik akan lebih
bermakna dan bermanfaat bagi kehidupan dari masa ke masa.
Tulisan ini semoga memberi inspirasi
kepada desainer di berbagai tempat di Indonesia, untuk mengangkat
tenun daerah menjadi bagian kehidupan modern, mengingat Indonesia
begitu kaya dengan berbagai macam tekstil khususnya tenun, kita akan
temukan berbagai ragam tenun yangt indah sejak tanah Papua sampai
dengan Nangroe Aceh Darussalam. Semoga kekayaan tersebut tidak menjadi
kesepian dan mati, tetapi menjadi enerji baru yang memberi kesegaraan
sebagai sebuah bangsa yang kaya dan besar..***
Artikel diambil dari “Lurik, Dari Masa ke Masa”Majalah ARTISTA No. 1 & 2 Vol. 10 Thn. 2007
Kain tenun NTT
Latar Belakang
Masyarakat di Indonesia dikenal sebagai masyarakat yang penuh budaya dan kaya akan keberagaman. Salah satunya ditandai dengan adanya cara berpakaian. Salah satu hal yang paling berpengaruh terhadap cara berpakain ialah bahan dasar berpakaian . Jika di masyarakat Jawa terdapat batik maka di masyarakat lainnya khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur terdapat kain tenun. Meski secara administratif gugusan-gugusan pulau di wilayah tersebut berada dibawah satu pemerintahan namun tak berarti budaya yang juga homogen. Beranekaragamnya suku yang ada menyebabkan tiap suku dan etnis memiliki bahasanya masing-masing yang mempunyai ratusan dialek lebih. Hal inilah yang menjadi alasan mengapa terdapat beragamnya motif yang ada pada tenunan. Tiap wilayah dan suku masing-masing mempunyai keunikan yang khusus dibanding dengan daerah, contohnya seperti menampilkan legenda, mitos dan hewan masing-masing daerah. Ada juga yang bertujuan untuk menggambarkan penghayatan akan karya Tuhan yang besar.Sejarah
Masyarakat NTT diperkirakan telah ada sejak 3500 tahun yang lalu. Banyak ahli memperkirakan bahwa nenek moyang masyarakat NTT berasal dari ras yang beragam antara lain Astromelanesoid dan Mongoloid. Terdapat juga beberapa penemuan fossil yang menunjukan bahwa masyarakat NTT ada juga yang berasal dari ras Negroid dan Eropoid. Kerajaan pertama yang berkembang diperkirakan berkembang pada abad 3 M. Sejak lahirnya kerajaan tersebut diperkirakan masyarakat telah mengenal adanya seni budaya yang tinggi dan diapresiasi dan menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari. Salah satu nya ialah kemampuan menenun. Menenun merupakan kemampuan yang diajarkan secara turun menurun demi menjaga agar tetap dilestarikan. Tiap suku mempunyai keunikan masing-masing dalam hal corak dan motif. Tiap inidividu diharapkan bangga mengenakan kain dari sukunya masing-masing sebab tiap kain yang ditenun itu unik dan tidak ada satu pun identik sama. Motif atau pola yang ada merupakan manifestasi dari kehidupan sehari-hari masyarakat dan memiliki ikatan emosional yang cukup erat dengan masyarakat di tiap suku. Selain itu dengan bisa menenun menjadi indicator bai seorang wanita untuk siap dan pantas dinikahi, untuk pria yang menjadi indicator ialah mempunyai ladang dan bisa bercocok tanam. .Fungsi
Kain adat mempunyai banyak fungsi penggunaan di masyarakat, meski tiap daerah ada penggunaan khusus di tiap suku, secara namun secara umum berikut adalah fungsi dari kain tenun:1. Sebagai busana untuk penggunaan sehari-hari dan mentupi badan.
2. Sebagai busana dalam tari adat dan upacara adat.
3. Sebagai mahar dalam perkawinan dalam bahasa daerah disebut sebagai “belis” nikah.
4. Sebagai pemberian dalam acara kematian dan sebagai wujud penghargaan.
5. Sebagai penunjuk status social.
6. Sebagai alat untuk membayar hukuman jika terjadi ketidakseimbangan.
7. Sebagai alat barter/transaksi
8. Sebagai betuk cerita mengenai mitos dan cerita-cerita yang tergambar di motif-motif nya.
9. Sebagai bentuk penghargaan bagi tamu yang datang berkunjung.
Jenis-Jenis
Berdasarkan Cara Membuat
1. Tenun ikat: cara pembuatan yang pembuatan motifnya dengan cara pengikatan benang. Pada daerah lain yang diikat ialah benang pakan nya maka pada kain tenun di NTT dibuat dengan cara kain lungsi yang diikatkan.2. Tenun Buna: Istilah Buna merupakan istilah di daerah Timor Tengah Utara yaitu menenun dengan cara menggunakan benang yang sudah dicelupkan terlebih dahulu ke pewarna.
3. Tenun Lotis/Sotis atau Songket: Proses pembuatan nya mirip dengan proses pembuatan tenun Buna.
Berdasarkan Kegunaan
1. Selendang2. Sarung
3. Selimut
Semuanya mempunyai persamaan umum yakni cenderung berwarna dasar gelap karena zaman dahulu masyarakat belum mengenal adanya pewarna buatan sehingga menggunakan pewarna alami dengan pilihan warna yang terbatas.
Berdasarkan Persebaran
1. Tenun Ikat: Hampir tersebar di seluruh wilayah NTT kecuali Kab. Manggarai dan Kab. Ngada2. Tenun Buna: Tersebar di daratan Timor antara lain di Kab. Timor Tengah Selatan, Timor Tengah Utara dan Belu. Namun paling banyak terpusat di wilayah Timor Tengah Utara.
3. Tenun Lotis/Sotis atau Songket: Tersebar di semua wilayah Nusa Tenggara Timur, merupakan bentuk tenun yang paling umum di masyarakat NTT.
Proses Pembuatan
Menenun dilakukan wanita dengan dua tujuan, yang pertama sebagai sumber utama mata pencaharian dan sebagai pengisi waktu setelah selesai bekerja di lading. Langkah pertama yang dilakukan sebelum menenun ialah menyiapkan benang yang hendak dipakai. Kapas dipintal dengan alat tradisional, masyarakat tidak menggunakan benang konvensional yang ada di pasaran. Kapas diambil dari pohon kapas yang ada di kebun warga. Hasil dari pemintalan biasanya tidak terlalu halus dan dan berakibat hasil yang tidak simetris pada corak tenun. Meski begitu hal itu yang menyebabkan keunikan tiap tenun sebab tidak ada tenun yang identik sama. Sesudah proses memintal selesai maka dilanjutkan dengan pencelupan benang pada pewarna. Meski tidak semua proses pewarnaan dilakukan ketika masih dalam bentuk benang namun pada umumnya pewarnaan dilakukan sebelum proses menenun. Pewarnaan dilakukan dengan menggunakan daun “Ru Dao” untuk mendapatkan warna nila dan akar pohon “Ka’bo” untuk mendapat warna merah, warna kuning didapat menggunakan kunyit dan daun “Menkude”. Setelah warna meresap dan dibiarkan mengering baru diikat pada mesin tenun tradisional yang dalam bahasa setempat disebut “Lana Her’ru”. Tidak seperti pada tenunan yang umum dijumpai di Indonesia dimana yang diikat pada mesin tenun ialah benang pakan, namun pada tenunan Nusa Tenggara Timur yang diikat ialah benang lungsin. Benang pakan dimasukan secara horizontal terhadap benang lungsin yang telah diikat secara vertical. Namun dibalik semua itu, yang paling penting ialah proses bertapa dan mencari ilham dengan cara berdoa ke leluhur agar mendapat motif dan corak yang hendak dipakai, selain itu dipercaya dengan berdoa sebelum dapat memperlancar proses menenun dan menolak bala selama proses menenun dilakukan. .Prospek Ke Depan
Meski menyimpan sejuta pesona namun kerajinan tangan ini perlahan memudar sebab sudah mulai banyak ditinggalkan masyarakat yang menganggap menenun bukan profesi yang menjanjikan. Selain semakin sedikitnya generasi muda yang mempelajari teknik menenun dari orangtua mereka. Meski telah menggunakan peralatan yang lebih canggih dan menggunakan pewarna buatan yang lebih tahan lama dan menghasilkan pola yang lebih rapi namun tetap hasil yang tradisional tetap menjadi primadona. Meskipun demikian ada secercah harapan bahwa kini banyak desainer yang mulai melirik kain tenun sebagai bahan baku pembuatan produk fashion yang bukan hanya dipasok di dalam negeri tapi juga diluar negeri. Hal ini semoga bisa membangkitkan semangat para wanita penenun bahwa kini hasil tenunan mereka tidak hanya dihargai dengan sekedar menggunakan perasaan bangga namun berubah menjadi bisnis beromzet jutaan rupiah. Meski terkesan kapitalis namun semoga dapat menjadi batu loncatan dalam menjaga kebudayaan yang telah ada sejak awal Masehi ini.Songket
Istilah
Kata
songket berasal dari istilah sungkit dalam bahasa Melayu dan bahasa Indonesia, yang berarti "mengait" atau
"mencungkil". Hal ini berkaitan dengan metode pembuatannya;
mengaitkan dan mengambil sejumput kain tenun, dan kemudian menyelipkan benang emas.[1]
Selain itu, menurut sementara orang, kata songket juga mungkin berasal
dari kata songka, songkok khas Palembang yang dipercaya pertama kalinya kebiasaan menenun
dengan benang emas dimulai.[2] Istilah menyongket berarti ‘menenun dengan
benang emas dan perak’. Songket adalah kain tenun mewah yang biasanya dikenakan
saat kenduri, perayaan atau pesta. Songket dapat dikenakan melilit tubuh
seperti sarung, disampirkan di bahu, atau sebagai destar atau tanjak, hiasan
ikat kepala. Tanjak adalah
semacam topi hiasan kepala yang terbuat dari kain songket yang lazim dipakai
oleh sultan dan pangeran serta bangsawan Kesultanan Melayu.[3]
Menurut tradisi, kain songket hanya boleh ditenun oleh anak dara atau gadis
remaja; akan tetapi kini kaum lelaki pun turut menenun songket. Beberapa kain
songket tradisional Sumatra memiliki pola yang mengandung makna tertentu.
Songket
harus melalui delapan peringkat sebelum menjadi sepotong kain dan masih ditenun
secara tradisional. Karena penenun biasanya dari desa, tidak mengherankan bahwa
motif-motifnya pun dipolakan dengan hewan dan tumbuhan setempat. Motif ini
seringkali juga dinamai dengan nama kue khas Melayu seperti serikaya, wajik,
dan tepung talam, yang diduga merupakan penganan kegemaran raja.
Sejarah
Penenunan
songket secara sejarah dikaitkan dengan kawasan permukiman dan budaya Melayu, dan menurut sementara orang teknik ini diperkenalkan
oleh pedagang India atau Arab. Menurut hikayat rakyat Palembang, asal mula kain
songket adalah dari perdagangan zaman dahulu di antara Tiongkok dan India. Orang Tionghoa menyediakan benang sutera
sedangkan orang India menyumbang benang emas dan perak; maka, jadilah songket.
Kain songket ditenun pada alat tenun bingkai Melayu. Pola-pola rumit diciptakan
dengan memperkenalkan benang-benang emas atau perak ekstra dengan penggunaan
sehelai jarum leper. Tidak diketahui secara pasti dari manakah songket berasal,
menurut tradisi Kelantan teknik tenun seperti ini berasal dari utara, yakni
kawasan Kamboja dan Siam, yang kemudian berkembang ke selatan di Pattani dan akhirnya mencapai Kelantan dan Terengganu
sekitar tahun 1500-an. Industri kecil rumahan tenun songket kini masih bertahan
di pinggiran Kota Bahru dan Terengganu. Akan tetapi menurut penenun Terengganu[rujukan?],
justru para pedagang Indialah yang memperkenalkan teknik menenun ini pertama
kali di Palembang dan Jambi, yang mungkin telah berlaku sejak zaman Sriwijaya (abad
ke-7 sampai ke-11).
Songket
Palembang dikenakan oleh pengantin wanita berbusana pernikahan
adat Aesan Gede
Menurut
tradisi Indonesia sendiri, kain songket nan keemasan dikaitkan dengan
kegemilangan Sriwijaya, kemaharajaan niaga maritim nan makmur lagi
kaya yang bersemi pada abad ke-7 hingga ke-13 di Sumatera. Hal ini karena
kenyataan bahwa pusat kerajinan songket paling mahsyur di Indonesia adalah kota
Palembang. Songket adalah kain mewah yang aslinya memerlukan
sejumlah emas asli untuk dijadikan benang emas, kemudian ditenun tangan menjadi
kain yang cantik. Secara sejarah tambang emas di Sumatera terletak di pedalaman
Jambi dan dataran tinggi Minangkabau. Meskipun benang emas
ditemukan di reruntuhan situs Sriwijaya di Sumatera, bersama dengan batu mirah delima yang belum diasah, serta potongan lempeng emas,
hingga kini belum ada bukti pasti bahwa penenun lokal telah menggunakan benang
emas seawal tahun 600-an hingga 700-an masehi. Songket mungkin dikembangkan
pada kurun waktu yang kemudian di Sumatera. Songket Palembang merupakan songket
terbaik di Indonesia baik diukur dari segi kualitasnya, yang berjuluk
"Ratu Segala Kain". Songket eksklusif memerlukan di antara satu dan
tiga bulan untuk menyelesaikannya, sedangkan songket biasa hanya memerlukan
waktu sekitar 3 hari. Mulanya kaum laki-laki menggunakan songket sebagai destar, tanjak atau
ikat kepala. Kemudian barulah kaum perempuan Melayu mulai memakai songket sarung
dengan baju kurung.
Dokumentasi
mengenai asal-usul songket masih tidak jelas, kemungkinan tenun songket
mencapai semenanjung Malaya melalui perkawinan atau persekutuan antar bangsawan
Melayu, karena songket yang berharga kerap kali dijadikan maskawin atau
hantaran dalam suatu perkawinan. Praktik seperti ini lazim dilakukan oleh
negeri-negeri Melayu untuk mengikat persekutuan strategis. Pusat kerajinan
songket terletak di kerajaan yang secara politik penting karena bahan
pembuatannya yang mahal; benang emas sejatinya memang terbuat dari lembaran
emas murni asli.
Songket
sebagai busana diraja juga disebutkan dalam naskah Abdullah bin Abdul Kadir
pada tahun 1849.
Motif
Songket
memiliki motif-motif tradisional yang sudah merupakan ciri khas budaya wilayah
penghasil kerajinan ini. Misalnya motif Saik Kalamai, Buah Palo, Barantai
Putiah, Barantai Merah, Tampuak Manggih, Salapah, Kunang-kunang, Api-api, Cukie
Baserak, Sirangkak, Silala Rabah, dan Simasam adalah khas songket Pandai Sikek,
Minangkabau.[12] Beberapa pemerintah daerah telah mempatenkan motif
songket tradisional mereka. Dari 71 motif songket yang dimiliki Sumatera
Selatan, baru 22 motif yang terdaftar di Direktorat Jenderal Hak Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. Dari 22 motif songket
Palembang yang telah terdaftar di antaranya motif Bungo Intan, Lepus Pulis,
Nampan Perak, dan Limar Beranti. Sementara 49 motif lainnya belum terdaftar,
termasuk motif Berante Berakam pada seragam resmi Sriwijaya Football Club.
Selain motif Berante Berakam, beberapa motif lain yang belum terdaftar yakni motif
Songket Lepus Bintang Berakam, Nago Besaung, Limar Tigo Negeri Tabur Intan,
Limar Tigo Negeri Cantik Manis, Lepus Bintang Penuh, Limar Penuh Mawar
Berkandang, dan sejumlah motif lain.
Songket kini
Ditinjau
dari bahan, cara pembuatan, dan harganya; songket semula adalah kain mewah para
bangsawan yang menujukkan kemuliaan derajat dan martabat pemakainya. Akan
tetapi kini songket tidak hanya dimaksudkan untuk golongan masyarakat kaya dan
berada semata, karena harganya yang bervariasi; dari yang biasa dan terbilang
murah, hingga yang eksklusif dengan harga yang sangat mahal. Kini dengan
digunakannya benang emas sintetis maka songket pun tidak lagi luar biasa mahal
seperti dahulu kala yang menggunakan emas asli. Meskipun demikian, songket
kualitas terbaik tetap dihargai sebagai bentuk kesenian yang anggun dan
harganya cukup mahal.
Sejak
dahulu kala hingga kini, songket adalah pilihan populer untuk busana adat
perkawinan Melayu, Palembang, Minangkabau, Aceh dan Bali. Kain ini sering
diberikan oleh pengantin laki-laki kepada pengantin wanita sebagai salah satu
hantaran persembahan perkawinan. Di masa kini, busana resmi laki-laki Melayu
pun kerap mengenakan songket sebagai kain yang dililitkan di atas celana
panjang atau menjadi destar, tanjak, atau ikat kepala. Sedangkan untuk kaum
perempuannya songket dililitkan sebagai kain sarung yang dipadu-padankan dengan
kebaya atau baju kurung.
Meskipun
berasal dari kerajinan tradisional, industri songket merupakan kerajinan yang
terus hidup dan dinamis. Para pengrajin songket terutama di Palembang kini
berusaha menciptakan motif-motif baru yang lebih modern dan pilihan warna-warna
yang lebih lembut. Hal ini sebagai upaya agar songket senantiasa mengikuti
zaman dan digemari masyarakat. Sebagai benda seni, songket pun sering dibingkai
dan dijadikan penghias ruangan. Penerapan kain songket secara modern amat
beraneka ragam, mulai dari tas wanita, songkok, bahkan kantung ponsel.
Pusat kerajinan songket
Di
Indonesia, pusat kerajinan tangan tenun songket dapat ditemukan di Sumatera, Kalimantan, Bali,
Sulawesi, Lombok dan Sumbawa. Di pulau Sumatera pusat kerajinan songket yang
termahsyur dan unggul adalah di daerah Pandai Sikek
dan Silungkang, Minangkabau, Sumatera Barat,[12] serta di Palembang, Sumatera Selatan. Di Bali, desa pengrajin tenun songket dapat
ditemukan di kabupaten Klungkung, khususnya di desa Sidemen dan
Gelgel. Sementara di Lombok, desa Sukarara di kecamatan Jonggat, kabupaten
Lombok Tengah, juga terkenal akan kerajinan songketnya. Di luar Indonesia,
kawasan pengrajin songket didapati di Malaysia; antara lain di pesisir timur Semenanjung Malaya[
khususnya industri rumahan di pinggiran Kota Bahru, Kelantan dan Terengganu; serta di Brunei.
Langganan:
Postingan (Atom)